Tuesday, December 5, 2006

musik kontemporer talago buni tampil memukau

Musik Kontemporer Talago Buni Tampil Memukau


PADANG, KOMPAS - Dibicarakan banyak orang di Jerman tahun 1999, Kelompok Musik Kontemporer Minangkabau Talago Buni, untuk pertama kalinya, Selasa (5/12) malam tampil di Kota Padang, Sumatera Barat. Gedung pertunjukan Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri Padang yang berkapasitas 300 tempat duduk, penuh sesak.

Tampil memukau dengan 10 pemusik, empat di antaranya komposer, ratusan penonton tak sabaran untuk memberi aplaus ketika pertunjukan setiap komposisi masih berlangsung , walau sedari awal diingatkan agar aplaus diberikan sesudah pertunjukan usai.

"Begitu mendalam, sehingga sentuhannya memberikan spirit baru kepada musik tradisi Minangkabau. Instrumen musik tradisi yang selama ini dimainkan secara sendiri-sendiri, ketika diolah menjadi komposisi yang apik dan alat-alat musik itu dipadukan, yang muncul adalah sesuatu yang baru dan memukau," kata Musra Katik Dahrizal, seniman tradisi terkemuka Sumatera Barat.

Hal senada dikemukakan Nasrul Azwar, seniman yang kini Sekretaris Dewan Kesenian Sumatera Barat. "Walau tampil memukau, namun sejumlah komposisi baru yang ditampilkan tidak sedahsyat, karya-karya Talago Buni sebelumnya, ketika hal itu ditampilkan dalam sejumlah festival musik di Jerman, tahun 1999," ujarnya.

Menurut catatan Kompas, Kelompok Musik Kontemporer yang dipimpin budayawan Edy Utama ini, ketika setahun berdiri, tampil di berbagai festival musik internasional, antara lain Breminale Festival di Bremen, Jerman, tahun 1999, Orangeria di Koln, Jerman (1999), Magdeburg Universiteit, Jerman (1999), Expo Cafe Festival, Hannover, Jerman (1999), Rossini in Wildbad, Bad Wilbad, Jerman (1999).

Kemudian tampil pada Sacred Rhytim, Millenium Percussion Festival di Bali tahun 2000. JakArt Festival, International Arts Cultural and Educational Festival, Jakarta (2002). Bali World Music Festival di Bali 2002. Pagelaran di Bentara Budaya Jakarta 2003. Festival Ala Carte, JakArts Festival, Arts Cultural and Educational Festival di Bandung-Bali tahun 2004, dan International Word Music Festival, di Riau tahun 2006.

Menurut Edy Utama, komposisi musik Talago Buni pada umumnya terinspirasi oleh repertoar musik tradisi yang berkembang di daerah pesisir Minangkabau, yang memiliki karakter musikal yang unik dan beragam.

"Sudah lebih 20 karya yang telah dilahirkan, prinsip penggarapan karya dari spirit musik tradisi Minang itu selalu kami pertahankan. Kami melihat kekuatan musikal itu tidak secara terpisah dan parsial, antara vokal (dendang) dengan instrumen, antara satu ensambel musik dengan ensambel musik yang lain, atau antara suatu alat musik tertentu dengan jenis alat musik yang lainnya, melainkan suatu kekuatan yang harus diramu dalam karya-karya baru, sehingga memunculkan kekuatan baru dalam karya tersebut," jelasnya.

Dari pertunjukan, komposisi Ratok Pasisie karya Rafiloza, tampil memukau. Di mana kaba atau cerita sambil didendangkan dengan garapan alat musik rebab dan biola sebagai instrumen utama. Sementara alat musik lain seperti rebana kecil atau rapa’i dipakai sebagai pengayaan.

Jika Ratok Pasisie bernuansa kesedihan, maka komposisi Ginyang Karamolai tampil penuh semangat. Menariknya, komposisi ini menggarap unsur-unsur eksplorasi ritme dari bunyi nonmisokal beberapa pasang tangkelek (sandal kayu/bakiak), yang dimainkan dengan berbagai pola ritme yang saling berbeda. Pola-pola ritme tangkelek itu diperkuat dengan beberapa gendang, canang, dan sarunai. Agar tidak terkesan terlalu ritmik, penggarap menghadirkan dendang Indang Ramolai dan duet kwartet vokal dendang Sikudarang Rabab Piaman.

Komposisi Basiginyang karya Asril Muchtar, yang bersumber dari spirit ritmikal gandang tambua Pariaman, tampil dinamis dan energik. Berbagai karakter pola ritme baik yang bersumber dari tradisi maupun yang diolah sendiri, ditingkahi suara lirih gendang dan vokal yang sentimental.

Menurut Pimpinan Talago Buni Edy Utama, Talago Buni mengadakan pertunjukan di empat kota di Pulau Jawa, yakni di Surabaya tanggal 7 Desember, Semarang 9 Desember, Yogyakarta 11 Desember, dan Jakarta 15 Desember. (NAL)

sumber: (http://www.kompas.com/)

No comments: